• Breaking News

    Minggu, 13 September 2020

    12 Lagu Iwan Fals Jadi Inspirasi Terciptanya Novel "Air Mata Api"


    tabloi.com - Penyanyi sekaligus penulis lagu legendaris Iwan Fals merayakan tahun ke-45 berkarya di industri musik Indonesia dengan merilis Air Mata Api, novel yang ditulis oleh penulis Piter A. Redjalam berdasarkan 12 lagunya.

    Novel yang dirilis Kamis ditandai dengan acara sederhana di rumah Iwan di Leuwinanggung, Depok, Jawa Barat. Itu juga merupakan ulang tahun ke-59 Iwan Fals.

    “Ada 12 lagu Iwan Fals dalam novel, dan setiap lagu punya cerita sendiri-sendiri. [Kami] rencanakan buku itu menjadi [bagian] trilogi, " kata Annisa Cikal Rambu Basae, putri Iwan, pada kesempatan itu. Novel tersebut juga rencananya akan diadaptasi menjadi film pada tahun 2021.

    Piter, penggemar berat Iwan, mengatakan dia membutuhkan 10 tahun untuk menyelesaikan novel tersebut. “Saya tumbuh dengan lagu-lagu Bang Iwan. Saya sudah mendengarkannya sejak saya masih SD, ”katanya. “Saya butuh 10 tahun karena selalu ada pasang surut [selama proses menulis]. Kadang saya malas, kadang saya menulis dengan panik, kadang saya terjebak. "


    Judul buku Air Mata Api (Air Mata Api) diambil dari lagu pelantun berjudul sama yang menyampaikan perasaan marah yang dialami oleh orang-orang yang terpinggirkan.

    “[Saya membayangkan seseorang] yang begitu marah, [itu membuat] air matanya berubah menjadi api. Kalau ini diadaptasi menjadi cerita akan sangat menarik, ”kata Piter.

    Iwan menuturkan, awalnya ia heran ada yang mau menulis buku berdasarkan lagunya. Apalagi, dia mengaku tidak banyak membaca novel.

    “Saya sudah lama tidak membaca novel, tapi karena Cikal menyuruh saya, saya membaca [Air Mata Api]. Saya menjadi tenang dalam membaca hal-hal yang serius, saya membaca lebih banyak [di] Twitter, ”katanya sambil tertawa. Dia menambahkan bahwa membaca novel memberinya perasaan nostalgia tentang masa kuliahnya ketika dia membaca banyak buku.

    Iwan mengaku senang dengan hasil novel itu.

    "Ini gila. Saya dibawa kembali ke tahun 1967, ketika Juki, salah satu tokoh novel, baru berusia 6 tahun, padahal saya menulis lagunya pada tahun 1977, 1978, 1980 dan 1981, ”ujarnya.

    Buku tersebut tersedia di toko buku dan toko online.

    Iwan Fals kerap dijuluki sebagai Bob Dylan versi Indonesia karena gaya bermain gitar-harmonika dan lirik yang menyentuh hati yang sarat dengan protes politik.

    Penyanyi bernama asli Virgiawan Listanto ini memulai karir musiknya sebagai pengamen jalanan Bandung Jawa Barat pada tahun 1970-an. Setelah merilis empat album self-release, pada 1980-an ia bergabung dengan Musica Studios, salah satu label rekaman terbesar di Indonesia.

    Pada 1980-an dan 1990-an, Iwan dikenal sebagai salah satu seniman yang paling lantang memprotes pemerintahan Orde Baru. Liriknya penuh dengan deskripsi tentang keadaan orang miskin dan kritik terhadap mereka yang berkuasa dan dengan uang.

    Lagu “Galang Rambu Anarki”, diambil dari album Opini (1982), ditulis untuk putranya yang baru lahir. Ini menceritakan tentang orang tua baru yang senang dengan kelahiran putra mereka tetapi juga khawatir tentang kesulitan keuangan yang mungkin menghalangi putra mereka untuk tumbuh dengan nyaman.

    Lagu populer lainnya “Guru Oemar Bakri”, dari album Sarjana Muda (1981), bercerita tentang kehidupan seorang guru teladan bernama Oemar Bakri yang telah mengajar selama 40 tahun meskipun gaji yang diterimanya kecil.

    Popularitas Iwan Fals juga didukung oleh aransemen musiknya yang sederhana, sehingga publik tidak perlu waktu lama untuk mengenal lagu-lagunya. Bahkan ada yang menjadi lagu kebangsaan yang sering dinyanyikan dalam protes, antara lain "Bongkar" dan "Bento".

    Sejak tahun 1975 hingga saat ini, Iwan Fals telah merilis sekitar 45 album studio. Ia telah berkolaborasi dengan beberapa talenta terbaik di kancah musik Indonesia, termasuk membuat supergrup Kantata Takwa dengan sesama musisi Sawung Jabo dan Yockie Surjoprajogo serta penyair WS Rendra. Grup ini merilis album self-titled pada tahun 1990 mendapatkan pujian kritis. Pada bulan Juni tahun yang sama, Kantata Takwa menggelar konser yang dihadiri oleh ratusan ribu penggemar, menjadikannya acara bersejarah dalam sejarah musik tanah air. (*)




    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Munas Oi

    Rakernas Oi

    Muskot Oi