Saiful Ramadlan / Kang Epol (Dept. Litbang BPP Oi) |
Untuk mengetahui golongan darah yang ada dalam tubuh
seseorang sehingga bisa digunakan memilih golongan darah yang cocok jika
memerlukan donor darah, Pemeriksaan golongan darah seseorang akan memberikan
gambaran hasil menjadi golongan darah A, B, AB, dan O, Seperti halnya petugas
Palang Merah Indonesia (PMI) saat sedang melakukan pemeriksaan kepada calon
pendonor,
Namun akan berbeda ketika jawabannya adalah bukan golongan
darah seperti yang disebut di atas,
“Golongan
darahnya apa ?” tanya petugas
PMI. Jawab : “Saya golongan darahnya Oi.”
Dialog ini terjadi disaat Oi mengadakan kegiatan Donor Darah dalam kegiatan Jambore Nasional Oi I di Cibubur Jakarta, Saat itu menjadi peserta donor
darah dan santai bercanda, Tapi ketika hal ini didalami menjadi candaan yang bergeser
menjadi sebuah kajian. Mengapa darah Oi ?
Pada fase sebelum berdirinya Oi, saya sering nongkrong di
beberapa radio di Bandung seperti Ganesha, Shinta, dan Generasi Muda Radio. Sebagai
seorang mahasiswa yang gemar mengikuti forum di mimbar bebas, kampus, radio,
dan tv membuat saya sering diundang
mulai dari sebagai peserta sampai menjadi pengisi materi sebagai moderator dan
pembicara.
Sampai pada suatu ketika saya menjadi peserta Jambore Nasional Oi I Tahun 2000 di Cibubur
bersama Dewi Andriani (istri, waktu itu belum menikah) dan teman-teman dari Oi
Bandung.
Saya menulis dalam catatan harian dengan kalimat “Saya mau ngaji Oi.”
Menjalani kehidupan sebagai seorang pemerhati masalah sosial
membutuhkan kemampuan komunikasi dan daya analisis yang cukup tajam.
Prinsip yang saya anut cukup sederhana,
Kuncinya adalah dalami persoalan, Dan untuk mendalami persoalan adalah masuk
kepada ruang kajian yang membutuhkan objektifitas maka aliran berpikir logis
dengan melakukan pendekatan tesis-anti tesis-sintesis.
Barangkali ini membentuk atmosfer yang terbuka dan
kontribusi pemikirannya selalu dinanti oleh pengambil kebijakan. Cukup strategis
memang, tatkala jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) yang terdiri dari
Kapolda,Pangdam, dan Gubernur melakukan dengar pendapat dari seorang Epol.
Jejak rekam ini menjadi benang merah perjalanan panjang yang kemudian pada
tahun 2003-2006 di bawah kepemimpinan Ketua Umum BPP Ormas Oi Digo Dz saya menjadi litbang yang saat itu dengan
“kenakalannya” menamakan diri litbang menjadi jeprut.
Jeprut adalah jeprut.
Jeprut adalah singkatan dari jelajahi pemikiran rasional yang utama. Dan kini
di periode tahun 2013-2017, Ketua Umum BPP Ormas Oi Ibu Rosana Listanto
melibatkan saya di Departemen Litbang.
kang Epol saat Wawancara televisi (Konser Suara Untuk Negeri di Medan) |
Sebagai litbang, saya memiliki pandangan terhadap Ormas Oi
melalui Analisa SWOT (kekuatan, kelemahan,
peluang, tantangan). Saya menyampaikan hal-hal terpenting saja.
Kekuatan (internal) Ormas Oi adalah saat ini Ketua Umum BPP
Ormas Oi Ibu Rosana Listanto. Iwan Fals sebagai Pendiri Ormas Oi memberikan
dorongan moral organisasi sehingga
nilai-nilai kebaikan yang selalu disampaikan di panggung menjadi
komitmen pergerakan yang direspon oleh anggota Ormas Oi.
Kelemahan (internal)
Ormas Oi adalah apa yang telah dilakukan sebelumnya tidak ditindaklanjuti
menjadi program lanjutan yang fokus, terus menerus, dan berdampak kepada
pemberdayaan anggota Ormas Oi.
Bisa kita
mulai dengan memilah dan memilih potensi program. Selanjutnya adalah
eksis dan berkelanjutan. Misal tentang pelatihan, perekrutan, bea siswa dan
lain-lain yang semuanya itu adalah pengembangan dari jaringan organisasi.
Peluang (eksternal) Ormas Oi adalah sejalan dengan waktu Ormas
Oi mampu membuktikan dirinya bukan sekedar organisasi yang dihitung tetapi organisasi
yang diperhitungkan.
Tantangan (eksternal) Ormas Oi terdapat pada dinamika
jaman dan bagaimana meresponnya.
Dari uraian tersebut akan nampak pemecahan masalah dan
mengapa muncul litbang melahirkan ide tentang perlunya pelatihan public speaking (belajar bicara). Saya
sadar tulisan ini tidak mampu menuntaskan pemahaman tentang Ormas Oi atau dengan istilah “khataman Oi.” Maka tidak
salah kalau saya pernah menulis “Saya mau
ngaji Oi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar